Sore ini tempatku sedang mendung. Mungkin tinggal
menunggu hitungan menit bagi hujan untuk sampai di sini. Bagaimana di sana?
Aku selalu bertanya-tanya apa kesukaanmu. Saat kamu
memiliki waktu luang sepertiku saat ini, kira-kira apa yang akan kamu lakukan?
Apakah kau sepertiku, menyukai duduk sendiri di sudut kafe? Ada sebuah kafe tua
yang menjadi favoritku selama ini. Letaknya di sudut jalan, dekat dengan taman.
Barangkali kamu pernah melewatinya. Kopinya sangat enak. Baristanya sangat
ramah. Mereka juga sering memutar lagu-lagu lawas untuk menemani tamu-tamu yang
sedang kasmaran.
Saat ini mereka memutar lagu Remember When
milik Alan Jackson. Bersama hujan yang mulai mengguyur dan secangkir cappuccino
hangat, aku memikirkanmu. Aku berpikir, masihkah kamu menunggu karena aku percaya,
kita hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa bertemu.
Aku percaya
segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan. Aku juga percaya bahwa Tuhan
telah menciptakanmu di suatu tempat. Meski saat ini Tuhan masih
menyembunyikanmu dariku, aku akan dengan senang hati menunggu. Meski belum
pernah bertemu.
Apa kabarmu hari ini? Jika kamu lelah, berhentilah sejenak sebelum melanjutkan.
Jika kamu ada di sini, aku ingin menceritakan tentang studiku.
Tidak ada yang spesial memang. Sama seperti minggu lalu, aku datang ke kampus
setiap pagi, pulang tak menentu. Tapi menceritakan ini kepadamu pastinya
menyenangkan.
Bukankah jika bersama orang yang tepat, segalanya akan bermakna meski hanya duduk bersama tanpa kata-kata?
Ngomong-ngomong, bagaimana denganmu? Apakah pekerjaan
membuatmu lelah? Ataukah kamu mendapat masalah dengan atasanmu? Ah, barangkali aku
bukan pekerja kantoran. Tapi tak apa. Aku juga menyukainya. Tapi bahkan pekerja
kantoran juga kadang ditekan deadline, bisa juga mengalami minggu yang
buruk bukan?
Ada kalanya segala sesuatu terasa salah, dan semakin
kamu perbaiki justru semakin salah. Terkadang dunia tak mau jadi seperti yang
kita inginkan.
dek, jika kamu lelah, berhentilah sejenak, sebelum melanjutkan.
Jika waktumu sedang luang, coba bayangkan pertemuan kita kelak. Bagiku, membayangkannya saja sudah bisa membuat hatiku berdegup kencang. Sesekali aku seperti melihatmu dalam diri orang yang kutemui di jalan. Ada kalanya aku iseng ingin bertanya pada mereka: kamukah itu? Tapi nyaliku tak cukup besar untuk melakukannya. Pada akhirnya, aku hanya duduk di sini sendiri dan membayangkan pertemuan kita kelak.
Jika saja kita bisa memesan takdir Tuhan, tentu aku
ingin dibuatkan sebuah skenario yang romantis untuk kita berdua. Mungkinkan
pertemuan kita akan se-kebetulan pertemuan Celine dan Jesse di film Before
Sunrise? Boleh juga jika pertemuan kita ala Elizabeth Bennet dan Mr. Darcy
di film Pride And Prejudice yang diawali oleh kesalahpahaman. Tapi kuharap kita
tidak perlu mengalami hal setragis Emma dan Dexter di film One Day, yang
butuh waktu bertahun-tahun untuk menyadari perasaan mereka.
Untuk saat ini mari kita bahagia dengan cara sendiri-sendiri. Tapi nantinya, kita pasti merengkuh kebahagiaan bersama.
Selagi kita
belum bertemu, kejarlah mimpimu dahulu. Biar aku juga mengejar mimpiku. Aku
mengerti hidup bukan hanya soal percintaan. Masih banyak hal lain yang harus
kita pikirkan. Mungkin saat ini mimpi-mimpi kita lebih penting untuk dikejar.
Mari kita berbahagia dengan cara kita sendiri-sendiri. Tapi ingatlah satu hal,
bahwa kita sudah disatukan bahkan sebelum pertemuan. Jadi tak perlu khawatir
kamu akan sendirian. Karena aku ada di sini, menunggumu entah sampai kapan.
0 komentar:
Post a Comment