Keputusan Gerard Pique untuk mundur
dari timnas Spanyol usai Piala Dunia 2018 nanti membuka mata banyak orang bahwa
bek tengah Barcelona ini punya status tidak tergantikan dalam tim Matador.
Usai
olok-olok yang kerap menuduh dirinya tidak sepenuh hati membela negara Spanyol
kala berseragam La Furia Roja, Pique tidak mampu lagi menahan diri untuk
merespon semua kritikan itu dengan mengambil keputusan pergi dari timnas
Spanyol. "Saya selalu mencoba memberi segalanya, sementara beberapa orang
mengapresiasi, yang lain berpikir lebih baik saya tidak bersama timnas,"
keluh Pique. Buat seseorang yang sudah berjibaku diatas lapangan hijau dan
mempersembahkan trofi juara Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012, tuduhan
bahwa dirinya tidak sepenuh hati membela panji negara Spanyol memang dianggap
menyakitkan baginya.
Meski sebenarnya kalau mau ditelusuri, munculnya
kritikan-kritikan tersebut turut dipicu oleh sikapnya yang secara terbuka
mendukung kemerdekaan Catalonia dan dibumbui cerita-cerita perseteruannya
sebagai pemain Barcelona yang dianggap representasi Catalonia dengan Real
Madrid yang dianggap menjadi representasi ibukota Spanyol. Lepas dari masalah
“politik” tersebut, akan pensiunnya pemain yang pernah berseragam Manchester
United ini dari timnas Spanyol membuat Julen Lopetegui harus berpikir keras
mencari pendamping terbaik bagi Sergio Ramos di jantung pertahanan La Furia
Roja. Bagaimanapun sector belakang timnas Spanyol cenderung tidak memiliki regenerasi
pemain bintang sebaik lini tengah, depan dan posisi kiper. Lini tengah Spanyol
bisa “bersantai” dengan melihat pemain hebat sekelas Xavi Hernandez, Andres
Iniesta dan Xabi Alonso dilapisi pemain yang tidak kalah hebat seperti Sergio
Busquet, Juan Mata, David Silva dan Cesc Fabregas yang hebatnya juga sudah
mendapatkan pelapis tidak kalah hebat dalam diri Marco Asensio, Isco, Ander
Herrera dan Koke.
Pun dengan lini depan. Usai kisah heroik Fernando Torres di
final Piala Eropa 2008, Spanyol punya David Villa yang konsisten menjadi
tumpuan serangan tim Matador. Kala Villa mulai menurun, nama Diego Costa jadi
pilihan bersama sejumlah nama yang menjanjikan seperti Paco Alcacer dan Alvaro
Morata. Hal yang sama terjadi di posisi kiper ketika Iker Casillas meneruskan
tugas sebagai pemain nomor satu dibawah mistar gawang kepada David De Gea.
Keistimewaan tersebut tidak terjadi di lini pertahanan depan kiper. Usai duet
Carles Puyol dan Carlos Marchena di Piala Eropa 2008, Spanyol punya duet Puyol
- Pique di Piala Dunia 2010 (Sergio Ramos masih bermain di posisi bek kanan)
dan duet Ramos – Pique di Piala Eropa 2012. Bisa melihat benang merahnya? Yap,
Pique adalah penghuni utama pemain bertahan di depan kiper selama Spanyol
memenangkan Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Hebatnya lagi, meski
berganti partner dari Puyol ke Ramos, Pique tetap mampu menjadi pemain kunci di
jantung pertahanan.
Maka ketika Pique (benar-benar) memutuskan pensiun,
sanggupkah Ramos dan duet barunya nanti mempertahankan kekuatan lini pertahanan
tim Matador? Perginya Pique usai Piala Dunia 2018 nanti dan melihat makin
berumurnya Sergio Ramos, peluang Lopetegui memunculka duet baru di lini
pertahanan juga menjadi terbuka. Lopetegui dituntut menemukan duet terbaik di
jantung pertahanan jika komposisi 4 pemain bertahan masih digunakannya.
Peran
Pique sebagai pemain bertahan sangat sulit dicari penggantinya. Posturnya yang
setinggi 194 cm adalah jaminan pertahanan Spanyol menghalau bola-bola atas yang
masuk ke kotak penalty. Sebagai pemain yang juga bisa memerankan posisi
gelandang bertahan, Pique juga punya kemampuan mendistribusikan bahkan membawa
bola dari belakang ke depan, sesuatu yang tidak banyak dimiliki oleh pemain
pada posisi bek tengah. Kalau seorang pemain hebat dinilai dari seberapa
besarnya dia memberi pengaruh pada wilayah operasinya maka Pique termasuk di
dalamnya. Kualitas Pique di lini belakang bisa dipandang sama krusialnya dengan
peran Andres Iniesta di lini tengah Spanyol. Bisa saja digantikan tetapi warna
permainan akan langsung terasa berubah. Kini Lopetegui dihadapkan pada misi
mencari dan mempersiapkan pengganti Pique untuk mendampingi Sergio Ramos atau
pemain lain di jantung pertahanan. Spanyol boleh punya seabrek bek sayap
tangguh seperti Hector Bellerin, Cesar Apillicueta, Dani Carvajal atau pemain
senior seperti Juanfran, tetapi mereka hanya punya Marc Bantra, Javi Martinez
dan Sergio Busquet sebagai sosok yang “punya nama” untuk mengisi posisi Pique.
Dua nama terakhir (Martinez dan Busquet) bahkan sejatinya bukan seorang pemain
bertahan sehingga tentu menempatkan mereka pada posisi krusial di jantung
pertahanan bisa dianggap sebagai sebuah perjudian. Profil Bantra sendiri tidak
sekuat profil Pique saat didapuk menjadi bek tengah utama timnas Spanyol. Pique
menghuni posisi vital itu dengan profil sebagai bek tengah utama Barcelona yang
sudah memenangkan trofi-trofi besar seperti Liga Champions dan La Liga. Bantra,
pemain berusia 25 tahun ini bukan pemain utama yang berkontribusi besar di tim
Barcelona yang memenangkan treble winner. So, memang sulit mencari pengganti
Gerard Pique. Para fans tim Matador sebaiknya berharap Pique tidak
sungguh-sungguh ingin pensiun dari La Furia Roja. Visca barca,.
0 komentar:
Post a Comment