Kemenangan Donald Trump
sebagai Presiden Amerika Serikat direspons negatif oleh pasar finansial,
termasuk Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah
melemah, berbarengan dengan pelemahan indeks saham di berbagai negara di dunia.
Pasar syok karena kemenangan Trump di luar perkiraan.
Pada perdagangan Rabu (9/11/2016), IHSG ditutup
turun 56 poin (-1,03%) ke level 5.414,32 dengan nilai transaksi di pasar
reguler sebesar Rp7,7 triliun. Pada penutupan sesi I, IHSG sempat merosot
hingga 2 persen, berbarengan dengan indeks Dow Jones berjangka yang sempat
tumbang 800 poin. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup
melemah ke Rp13.127.Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah masih terjaga dan wajar. "Secara keseluruhan memang berdampak pada pasar keuangan global, tetapi dampaknya terhadap Indonesia relatif terjaga. Pasar keuangan kita, khususnya pasar valuta asing relatif stabil," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu.
Optimisme serupa disampaikan Direktur Utama BEI Tito Sulistio yang menilai bahwa sentimen pemilu presiden Amerika Serikat yang cenderung negatif IHSG bersifat jangka pendek.
"Ada sedikit hilang kepercayaan di pasar ketika Donald Trump menang. Hasil ekonomi kita sebenarnya bagus, tetapi saat ini psikologis pasar yang sedang bermain, bukan faktor fundamental ekonomi kita. Namun, efek psikologis itu hanya sebentar," ujarnya, seperti dilansir Antara.
Pasar finansial terkena syok jangka pendek atas terpilihnya Donald Trump. Secara jangka panjang, dampaknya memang masih belum bisa diperkirakan. Yang pasti selama ini, Amerika merupakan salah satu negara yang cukup penting bagi Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) akan tetap baik, terkait siapapun yang menjadi pilihan rakyat AS sebagai presidennya.
"Hubungan kita tetap akan baik, terutama hubungan dagang dan investasi. Kita tahu Amerika termasuk investor lima besar di Indonesia. Saya kira tidak akan ada perubahan," ujar Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu.
Perdagangan Indonesia - AS
Dalam hubungan perdagangan dengan AS, Indonesia mengalami surplus. Pada 2015, surplus perdagangan Indonesia terhadap Amerika mencapai 8,647 miliar dolar. Angka itu turun dibandingkan surplus pada 2014 sebesar 9,965 miliar dolar.
Amerika juga merupakan negara pemberi utang terbesar keenam bagi Indonesia. Tercatat AS mengucurkan pinjaman hingga Rp7,37 triliun kepada Indonesia per September 2016 atau 0,3% dari total kucuran utang kreditor.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kerja Sama Luar Negeri Shinta Kamdani menjelaskan, volume perdagangan Indonesia dengan Amerika tidak terlalu besar. Sampai saat ini, hubungan kerja sama ekonomi Indonesia dan Amerika lebih bergerak pada bidang investasi seperti infrastruktur, farmasi, dan agrikultur. Selain itu, Indonesia kini sudah tidak lagi memfokuskan perdagangan pada traditional market seperti Amerika dan Eropa sehingga tidak terlalu berdampak.
“Kita sekarang mencoba mendiversifikasi market-market baru seperti Middle East, negara-negara berkembang di Afrika. Jadi marketnya sekarang yang dilakukan indonesia lebih menggenjot market-market non traditional,” tutur Shinta.
Meskipun tidak terlalu besar, Shinta menyoroti kemungkinan berkurangnya transaksi akibat rencana kebijakan Trump untuk menutup keran impor. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan Amerika tidak akan menerima impor dari negara ketiga kecuali mereka tidak bisa memproduksinya sendiri.
“Mungkin dari sisi import mungkin nggak terlalu besar. Ada pengaruhnya tapi ini nggak besar angkanya,” tutur Shinta.
Shinta menekankan pula urgensi rencana pemerintahan Trump dalam bidang investasi. Ia memperhatikan kebijakan pemerintahan di bawah Trump akan memperkuat investasi atau tidak. Apabila terjadi proteksi dan perintah penarikan dari pemerintahan Trump, para investor asing dari Amerika tidak langsung serta-merta menarik diri dari investasi mereka di Indonesia.
Menurut Shinta, Indonesia dapat menjadi sektor penting di masa depan lantaran Amerika tidak akan memperhatikan lagi Tiongkok di masa depan sementara market Asia sangat besar. Dengan demikian, investor Amerika akan memperhitungkan Indonesia sebagai daerah ideal sebagai tempat berinvestasi.
“Ini suatu kesempatan Amerika tidak mau on China. Kita bisa mendapat banyak kesempatan perusahaan-perusahaan amerika yang mau berinvestasi di Cina,” kata Shinta.
Dari Sisi
Politik
Indonesia sudah pasti terkena dampak dalam kemenangan Donald Trump dari sisi politik. Indonesia yang mayoritas muslim pasti akan bersinggungan dengan rencana kebijakan kampanye Trump yang sempat menyatakan ingin melarang umat Muslim masuk ke Amerika.
Pengamat politik Siti Zuhro mengungkapkan, sikap Donald Trump yang tidak menyukai Timur Tengah dan negara-negara Islam akan berdampak pada hubungan dengan Indonesia.
"Dia modelnya memusuhi negara Timur Tengah, Asia, ya kita kena," jelas Siti kepada Tirto.id di Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Siti tidak memungkiri adanya kemungkinan pemerintahan Trump dapat lebih resisten terhadap muslim dari manapun. Saat ini, Siti mengaku sudah ada resisten dari pemerintah Amerika terhadap umat muslim. Bahkan, umat non-muslim pun terkena kebijakan ini apabila mereka berasal dari negara muslim. Ia mencontohkan ada mahasiswa yang non-muslim diinterogasi lama oleh pihak imigrasi oleh pemerintah Amerika. Menurut Siti, janji Trump pasti menolak keberadaan muslim karena dia menjual dirinya kepada publik lewat kampanye tersebut.
“Karena ikon yang sudah dijual sejak awal itu (menentang muslim). Dalam apapun dia sudah memerangi meskipun dia sudah bersilat lidah lagi, tapi tetap. Itu keputusan dia untuk tidak memberikan peluang kepada Islam masuk,” kata Siti.
Positifnya, menurut Siti, kepemimpinan Trump menjadi momen bagi pemerintahan Presiden Jokowi untuk menyetarakan posisi Indonesia dengan negara adidaya itu. Sampai saat ini, ia melihat Indonesia selalu memposisikan agak didikte oleh Amerika meskipun tidak mempunyai hubungan dekat. Dengan kemenangan Trump, Indonesia harus bisa berani berhadapan secara head-to-head saat kepentingan negara mendapat tekanan. Ia mencontohkan sikap Filipina yang berani sesumbar memutuskan hubungan dengan Amerika. Menurut Siti, hal itu bisa menjadi cara agar pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump bisa melihat Indonesia secara setara.
Jadi kepiawaian diplomasi kita, standing kita itu dalam arti duduk sama rendah, berdiri sama tinggi sebagai negara berdaulat. Indonesia jangan sampai disetel politiknya
Indonesia sudah pasti terkena dampak dalam kemenangan Donald Trump dari sisi politik. Indonesia yang mayoritas muslim pasti akan bersinggungan dengan rencana kebijakan kampanye Trump yang sempat menyatakan ingin melarang umat Muslim masuk ke Amerika.
Pengamat politik Siti Zuhro mengungkapkan, sikap Donald Trump yang tidak menyukai Timur Tengah dan negara-negara Islam akan berdampak pada hubungan dengan Indonesia.
"Dia modelnya memusuhi negara Timur Tengah, Asia, ya kita kena," jelas Siti kepada Tirto.id di Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Siti tidak memungkiri adanya kemungkinan pemerintahan Trump dapat lebih resisten terhadap muslim dari manapun. Saat ini, Siti mengaku sudah ada resisten dari pemerintah Amerika terhadap umat muslim. Bahkan, umat non-muslim pun terkena kebijakan ini apabila mereka berasal dari negara muslim. Ia mencontohkan ada mahasiswa yang non-muslim diinterogasi lama oleh pihak imigrasi oleh pemerintah Amerika. Menurut Siti, janji Trump pasti menolak keberadaan muslim karena dia menjual dirinya kepada publik lewat kampanye tersebut.
“Karena ikon yang sudah dijual sejak awal itu (menentang muslim). Dalam apapun dia sudah memerangi meskipun dia sudah bersilat lidah lagi, tapi tetap. Itu keputusan dia untuk tidak memberikan peluang kepada Islam masuk,” kata Siti.
Positifnya, menurut Siti, kepemimpinan Trump menjadi momen bagi pemerintahan Presiden Jokowi untuk menyetarakan posisi Indonesia dengan negara adidaya itu. Sampai saat ini, ia melihat Indonesia selalu memposisikan agak didikte oleh Amerika meskipun tidak mempunyai hubungan dekat. Dengan kemenangan Trump, Indonesia harus bisa berani berhadapan secara head-to-head saat kepentingan negara mendapat tekanan. Ia mencontohkan sikap Filipina yang berani sesumbar memutuskan hubungan dengan Amerika. Menurut Siti, hal itu bisa menjadi cara agar pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump bisa melihat Indonesia secara setara.
Jadi kepiawaian diplomasi kita, standing kita itu dalam arti duduk sama rendah, berdiri sama tinggi sebagai negara berdaulat. Indonesia jangan sampai disetel politiknya
0 komentar:
Post a Comment