Blog ini adalah catatan pelajar yang menyukai traveler

Tuesday, September 22, 2015

Mbolang ke dufan ketika itu


Pertengahan tahun 2013 ketika itu hari masih pagi, dan saya pun masih tidur-tiduran dengan gantengnya. Pagi itu saya gak ada kelas. So, saya lebih milih buat buka facebook sambil scroll-scroll timeline, Selang beberapa menit, handphone saya berbunyi bunyi. Saya pun langsung nyari hape sambil berharap kalau itu adalah sms dari si dia. Tapi kenyataan berkata lain, kadang harapan cuma akan berakhir sebagai harapan. Karena pas gue lagi ngecek hape, ternyata itu bukan dari dia. Dan yang lebih kampret itu hanya sms nyasar yang lagi minta pulsa, tapi setelah beberapa menit ada sms dari ulpah, “ntar jemput saya di terminal baranangsiang yanx” saya pun menjawab “okre” dan langsung tancap gas ke terminal baranangsiang untuk menjemputnya, 


Hari berikutnya saya mengajak muter-muter sekalian jd guide yg baiklah pokoknya he he, kamipun memutuskan untuk pergi ke duffan, waktu melihat orang-orang yang menikmati permainan Kapal Melambung atau Kora-kora dan histeria di Dufan Ancol saya ckikikan dan ketawa melihat muka-muka orang yang histeris dengan adrenalin yang di geber habis-habisan.

terus kedengaran ada suara berisik dibalik pagar ternyata Permainan Halilintar mulai beroperasi hari itu, akhirnya kita putuskan untuk masuk ke lokasi permainan. Sumpah disini awalnya terlihat asik dan begitu diayunkan kita seperti zombi yang sudah tak berdarah lagi karena mati ketakutan tapi disamping itu saya sangat takut saya masih sempatnya ketawa habis-habisan menertawakan ulpah yang tadi katanya berani dan gak takut malah nangis berteriak hahaha,


kemudian ada pertunjukan Treasure Land menyajikan petualangan sosok arkeolog Oklahoma Smith untuk mengungkap rahasia di Candi Api. Aksi spektakuler ditunjukkan dengan efek spesial yang menakjubkan mulai dari semburan api dan ledakan. Keduabelas pemeran pertunjukan ini secara profesional menyajikan adegan aksi berbahaya dan penuh resiko namun diramu pula dengan unsur humor yang membangkitkan gelak tawa.
  
Wahana terakhir yang kami naiki bianglala. Bianglala memang adalah wahana ini bisa membuat kita terpesona dengan keindahan pemandangan dari atas. Sebagai wahana penutup yang romantis, Bianglala atau bahasa kerennya Ferris Wheel. Pokoknya ya itulah my thrilling experience at Dufan So, Farewell, my mantan… I’ll be looking for the next recreation… ^_^

0 komentar:

 

Blog Archive

Translate

BLOG INI DILINDUNGI DMCA