Blog ini adalah catatan pelajar yang menyukai traveler

Friday, October 30, 2015

Manusia setengah Tato


Dengan kesopanan seadanya, dengan kata-kata sekenanya, manusia bertato itu menjelaskan rute sebaik yang dia bisa. Tapi penjelasan yang serba cekak dan terbata-bata itu, tak menutupi kesungguhan hatinya demi membantu kebingungan saya. oh ya foto yang saya gunakan merupakan ponakan saya, sedikit lucu dengan giginya yang rontok akibat jatuh dari jendela, ada-ada saja tingkah konyolnya nih bocah, kapan- kapan saya akan mengulas tentang rontoknya gigi ponakanku ini.


oke lanjut, mungkin selalu ada keinginan berbuat baik bahkan dari orang paling tak terduga sekalipun. Itulah kenapa para sutradara film, novelis dan dramawan sering menjadikan hal ini sebagai bumbu bagi cerita-cerita mereka, tentang seorang bandit besar yang selalu terharu melihat kemiskinan tetangganya. Tentang pembunuh keji yang bisa menangis tersedu-sedu cuma oleh adegan cengeng di sebuah opera.

Di dalam kehidupan nyata, pemandangan seperti ini nyata adanya. Seorang yang telah dikenal sebagai koruptor adalah orang yang sekaligus dikenal paling dermawan di wilayahnya. Jalan-jalan kampung dia aspal, tak terhitung tempat ibadah yang menerima sumbangannya. Oya, tak lupa, ia juga membangun rumah ibadah pribadi di RT-nya sendiri.

Tapi mari kembali bicara soal tato di tubuh pengayuh becak satu ini. Apakah orang ini mentato diri karena dorongan premanisme? Tidak. Banyak fakta membantahnya. Betapapun penuh tato itu, ia toh tetap memilih sebagai tukang becak saja. Betapapun garang penampilannya, kebaikan hatinya jelas terbaca. Lalu apa dong?

Oo, pasti orang ini tak lebih dari kita, manusia Indonesia pada umumnya yang membutuhkan hiburan karena dikepung banyak tekanan. Karena tertekan oleh kemiskinan, seseorang butuh menjadi seolah-olah kuat, keren dan jagoan. Dan tato itu tak lebih dari aksesori penentram saja. Seperti bedak bagi wanita yang mendadak merasa cantik setelah memakainya. Seperti gincu bagi bibir yang tiba-tiba merasa sensual setelah kena polesannya.

Bagi pihak yang miskin dan lemah menjadi seolah-olah kaya dan berdaya adalah kebutuhan utama. Karena orang yang kuat, jagoan sesungguhnya dan para preman sejati, jauh lebih banyak memilih dasi katimbang tato.

4 komentar:

rasta conan said...

ajahhaha .. pinjem anak nya bank ,, karungiin aja

Suriyanto said...

ha ha,.. itu ponakan gan,.. :D

Candra Dyaspart1 said...

Hahahahaaa... Ngakak abis

Suriyanto said...

@candra: ha ha ha....

 

Blog Archive

Translate

BLOG INI DILINDUNGI DMCA