Tapi apa boleh buat, ketika sambil
melarang saya juga mencicipi makanan yang satu ini, hahaha… rasanya memang enak
sekali. Akhirnya saya memilih untuk melupakan soal harga dan pakar gizi. Jika
sudah begini, saya memang terpengaruh nasihat seorang teman: ''Jangan berpikir
soal penyakit di meja makan!'' katanya.
Dan benar, teman saya ini memakan apa
saja dari seluruh makanan yang dia gemari. Ketika suatu kali ia terpaksa
tumbang dan harus operasi besar-besaran, ia memilih rumah sakit terbaik, dokter
terbaik, dan semuanya yang terbaik pokoknya. Sebuah operasi yang amat canggih
dengan bayaran yang juga sangat canggih. ''Jika saya orang miskin pasti lebih
memilih mati!'' katanya sambil tergelak. Sepulang operasi, ia meneruskan hobi
makan enaknya itu kembali.
Jadi nasihatnya itu, pasti lebih cocok
untuk ia dirinya sendiri. Bukan untuk saya yang harus mencari uang dengan
hati-hati, mengumpulkan segobang demi segobang, dan setelah terkumpul sudah
harus keterjang inflasi. Maka betapapun itu sekali waktu suka tertarik untuk
makan enak, dengan cepat kami menarik diri kembali dan sikap boros. Walau usaha
ini kami yakini tidak terlalu mujarab untuk mengekang lidah saya yang
kecenderungannya makin berbiaya tinggi.
Walau… kecemasan ini rasanya terlalu
berlebihan mengingat kejadian berikut ini: suatu malam, ketika saya malas
memasak di kost dan ketika itu perut sudah keroncongan pada demo, saya pun
kebingungan, saya membeli nasi kucing. Semula saya menyangka, ini nasi yang
dibeli benar-benar untuk kucing karena kebetulan saya baru ngekost pertama kali
di semarang. Tapi ketika yang saya beli ini benar-benar nasi bungkus murah yang
saking murahnya cukup disetarakan dengan makanan kucing, saya kaget sendiri.
Bukan kaget karena saya tidak mengenal jenis nasi ini, melainkan kaget karena saya
baru mengenal makanan ini, tetapi juga menggemari.
Padahal aduh, nasi ini benar-benar
sepadan dengan namanya. Ia memang cocok sekali untuk kucing saya di rumah. Cuma
sekepal nasinya dan lauknya pun kikir sekali. Bermacam-macam pilihan, tetapi ke
manapun Anda memilih akan ketemu kekikiran yang sama: sekerat ikat asin, sesuir
dadar, setabur kering tempe. Saya sendiri memilih nasi dengan menu sejumput
sambal teri. Tetapi jika ada makan malam yang kami kenang kerena kepuasan kami,
edisi nasi kucing inilah salah satunya.
0 komentar:
Post a Comment