Blog ini adalah catatan pelajar yang menyukai traveler

Monday, November 16, 2015

Terbukti senyum yang ada diwajah saya bukan tandinganya


Senyum itu, sejatinya nyaris lahir dari ruang hampa. Jadi, senyum kuantitatif  ini cepat  sekali menghilang dari  wajah saya. Secepat itu datangnya,  secepat itu pula perginya tanpa meninggalkan jejak apa-apa. Sungguh tidak sama dari senyum orang gila yang semacam menetap rutin di bibirnya.

Selebihnya,  wajah ini kembali berminat untuk berfikir untuk mengetahui bagaimana bibir cemberut  serta wajah berkerut. Pagi hari, lumayan hanya dengan membaca berita di ponsel, kening ini telah  mulai mengernyit. Ada teror di paris, yang meluluhlantahkan denyut jantung prancis. serta ada Perempuan yang belum teridentifikasi itu, disebut-sebut sebagai "crisis actor" oleh netizen di portal media berita.

Atau setiap hari ada saja diberitakan orang mati sebab menenggak oplosan, suatu   kematian yang tentu tidak membanggakan bagi keluarga yang ditinggalkan.  Serta intensitas ketegangan di wajah ini dapat  ditingkatkan apabila saya mau melihat televisi. Semua agenda lengkap di dalamnya, mulai dari yang mengajak  kejengkelan hingga kemarahan.


Terlepas dari semuanya ketika saya melalui jalan itu. saya melihat senyum ganjil dan aneh, karena salah satu daya tariknya merupakan sebab di situ mangkal orang gila yang rutin tersenyum. Kesan pertama saya ialah, alangkah senyum itu rutin memberi kesejukan bagi penontonnya, tidak peduli apakah ia datang dari orang gila. Kedua, alangkah senyum  rutin mencerahkan wajah pelakunya.

Meskipun orang itu jelas-jelas telah divonis sebagai gila, namun sebab rutin tersenyum, tersirat damai di wajahnya. Ketiga, inilah yang menurut saya utama: saya yang merasa waras saja, jarang tersenyum  setidaknya semurni itu. Senyum saya jelas bukan tandingannya.

Dan terbukti senyum yang ada diwajah saya bukan tandinganya namun itu tidak membuat alasan yang tidak seberapa. Yang tidak seberapapun, itu berisi senyum-senyum yang terpaksa. Terpaksa sok sabar, sok  baik serta sok ramah. Keadaan sok ini membikin diam-diam batin  saya malah terancam lelah. Bibir saya tersenyum namun hati  saya melayang entah ke mana.

Ada tidaknya persolaan nasib,di dalamnya  tergolong hal yang remeh-temeh cukuplah untuk mengusir senyum dari  wajah saya. Maka setiap melalui jalan, di tempat orang gila itu mangkal, saya semacam menemukan kembali senyum yang hilang. duh dek duh dek,.. -_-

 

Blog Archive

Translate

BLOG INI DILINDUNGI DMCA